PATI, TALIGAMA NEWS – Sebuah masjid yang berada di Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo merupakan masjid tertua di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Masjid yang memiliki nama Baiturrohim Gambiran ini didirikan pada abad ke-16. Lalu seperti apa kisahnya?
Masjid Baiturrohim Gambiran berada di Dukuh Gambiran Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo. Dari arsitektur terlihat dari depan berwarna hijau dan di atas terdapat tulisan “Masjid Baiturrohim Gambiran”. Terlihat juga tampak atap masjid yang konon masih asli dan berbentuk limas.
Setelah masuk ke dalam masjid tampak tiga pintu dan jendela. Masuk lebih ke dalam, terdapat ada empat tiang saka dari kayu. Selain itu ada mihrab dari kayu yang masih asli hingga kini.
Humas Masjid Gambiran, Amal Hamzah (60), mengatakan secara arsitektur Masjid Gambiran mengingatkan masjid pada zaman para Wali Songo. Hal itu dapat dilihat dari pintu di tengah paling depan hingga atapnya yang berbentuk tumpang tiga.
Masjid ini sama dengan mengingatkan para wali-wali, jadi depan ada pintu tengah, ada jendela dua, dan pintu dua di samping. Arsitektur sama dengan masjid Demak, jadi atapnya tumpang tiga,” ujar Amal.
“Kemudian saka guru atau penyangga empat, uniknya agak miring, jendela ada dua, kanan kiri, mimbar masih utuh. Konstruksi sekitar tahun 1800, ini sama dengan masjid tempo dulu,” sambung dia.
Amal bercerita Masjid Gambiran didirikan sekitar tahun 1600. Pendiri masjid ini adalah Mbah Cungkrung. Kata dia, Mbah Cungkrung merupakan penyebar agama Islam di daerah Pati.
“Mbah Kiai Cungkrung itu adalah salah satu murid Sunan Muria. Sunan Muria wafat 1547, kalau itu muridnya 1600-an masjid ini didirikan,” kata dia.
Menurutnya Baiturrohim merupakan masjid pertama yang didirikan di wilayah Pati. Hal tersebut tidak terlepas dari sosok Mbah Cungkrung murid dari Sunan Muria. Amal menyebutkan Dukuh Gambiran juga merupakan dusun tertua yang ada di Pati.
Sunan Muria salah satu penyebar agama Islam di wilayah lereng Muria, ini lereng Muria sebelah timur tokohnya adalah Mbah Cungkring,” jelas Amal.
“Dusun Gambiran juga termasuk dusun tertua, bukti sejarahnya adalah ada tujuh makam di sini,” sambung dia.
Menurutnya, perkembangan Islam di Pati dan terjadinya perang Jawa berdampak pada masjid itu sempat dipindah ke Kota Pati. Kala itu ada sosok Mbah Kiai Murtomo di Dusun Gambiran pada tahun 1825-1830 yang mendukung Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Kata dia untuk mengurangi potensi perlawanan di Dusun Gambiran, masjid tersebut dipindah di alun-alun Pati. Masjid tersebut dipindahkan ke alun-alun Pati sekitar tahun 1845.
“Masjid Alun-alun Pati didirikan 1845, itu tercantum di dalam kaligrafi. Sejak saat itu ulama Gambiran dipindah di Kota Pati. Sehingga di Masjid Pati ada kuburannya. Makanya atas jasa para ulama diberikan gelar Raden, maka penghulu Pati memiliki titel Raden,” jelas dia.
Amal mengatakan Bupati Pati Raden Ario Candrahadinegara melakukan renovasi Masjid Gambiran di Desa Sukoharjo pada tahun 1885. Renovasi selesai tahun 1886. Renovasi masjid tersebut pun tercantum pada prasasti Gambiran.
“Kemudian Kanjeng Bupati kala itu merenovasi masjid ini tahun 1885 selesai 1886 itu tercantum pada prasasti Gambiran. Itu menunjukkan, sehingga masjid yang kita tinggali ini merupakan peninggalan masjid yang cukup lama. Sehingga akhirnya semacam ini,” pungkas Amal.(Edi)