dr. Siti Nurlaela, Sp.S (Dokter Spesialis Neurologi) : Kenali Faktor Risiko dan Gejalanya Untuk Mencegah Kecacatan dan Kematian Akibat Stroke

KOTA MALANG, TALIGAMA.COM -Menurut WHO, Stroke didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana ditemukan tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologis fokal dan global, yang dapat memberat dan berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian

tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler atau gangguan aliran pembuluh darah
otak.

Stroke terbagi menjadi dua, akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke hemoragik). Tanpa mendapat pasokan darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel otak tersebut akan mati. Kondisi ini kemudian menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke merupakan penyebab kecacatan tertinggi di dunia, dan penyebab kematian kedua di dunia setelah serangan jantung.

Menurut data epidemiologi, setiap 3 detik terdapat 1 orang yang terkena Stroke. Pada tahun 2019, 101 juta orang menderita stroke di seluruh dunia, dan terus berlipat ganda dalam 30 tahun terakhir. Stroke saat ini bukan hanya dialami oleh orang tua, dimana 63% pasien stroke berusia dibawah 70 tahun.

Berikut adalah penjelasan dari dr. Siti Nurlaela, Sp.S (Dokter Spesialis Neurologi) yang praktek di RS Hermina Tangkuban Perahu, Kota Malang, seputar penyakit stroke yang sering di jumpai dilingkungan sekitar kita.

Kepada Media Nasional Taligamanews, Dokter Spesialis Neurologi, dr. Siti Nurlaela, Sp.S menjelaskan, apa saja faktor risiko stroke, faktor risiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi.

“Adapun faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi antara lain, usia. Semakin lanjut usia, resiko stroke akan meningkat, jenis kelamin. Laki-laki lebih berisiko terkena stroke dibanding wanita, ras. Ras kulit hitam dan kulit berwarna lebih berisiko terkena stroke dibanding ras kulit putih, keturunan. Adanya riwayat stroke dalam keluarga akan meningkatkan risiko stroke,” ujar dr. Siti Nurlaela, Sp.S saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Senin (3/6/2024) petang.

Lebih lanjut, diterangkan olehnya, sementara faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi antara lain, merokok baik perokok aktif maupun perokok pasif, obesitas atau kegemukan, hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol tinggi, kurang olahraga atau aktivitas fisik dan stress. Apa saja gejala stroke, setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, ciri khas gejala stroke adalah terjadi secara mendadak.

“Untuk memudahkan mengenali gejala stroke, ingatlah selalu untuk SeGeRa Ke RS. Se, artinya senyum yang tidak simetris (mencong ke satu sisi), tersedak, sulit menelan
air minum secara tiba-tiba, Ge, artinya gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, Ra, artinya bicara pelo atau tidak dapat bicara atau tidak mengerti kata-kata atau bicara tidak
nyambung secara tiba-tiba, Ke, artinya kebas atau baal, atau kesemutan separuh tubuh secara tiba-tiba, R, artinya rabun, pandangan satu mata kabur atau penglihatan ganda secara tiba-tiba, S, artinya sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah dirasakan sebelumnya. Gangguan fungsi keseimbangan, seperti terasa berputar, gerakan sulit dikoordinasi,” jelas dr. Siti Nurlaela, Sp.S.

Masih kata dr. Siti Nurlaela, Sp.S, apa yang harus dilakukan jika menderita stroke, jika terdapat tanda ataupun gejala stroke, maka segeralah ke RS! Karena setiap
keterlambatan 1 menit dalam penanganan stroke, terjadi kematian 1,9 juta sel saraf otak,
sehingga resiko kematian dan kecacatan akibat stroke akan semakin meningkat.
Peluang kesembuhan stroke akan lebih besar jika pasien segera mendapatkan
pengobatan dalam rentang golden period stroke. Golden period merupakan waktu yang
optimal untuk mengurangi risiko cacat permanen hingga kematian pada penderita stroke, yaitu kurang dari 4,5 jam sejak gejala stroke muncul. Pasien stroke yang segera ke RS dalam waktu golden period, dapat dilakukan tindakan IV trombolisis.

“IV thrombolysis adalah terapi
utama/definitif pada pasien stroke sumbatan, yang bertujuan menghancurkan sumbatan di
pembuluh darah otak yang menutupi aliran darah otak. IV thrombolysis dilakukan dengan cara menyuntikkan obat penghancur thrombus (gumpalan darah yang menyumbat) yaitu obat
recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA) atau actilyse melalui pembuluh darah vena pasien stroke, dengan dosis 0,6-0,9 mg/kgBB, maksimal 90 mg,” terangnya.

Dikatakannya, dengan prosedur tersebut, diharapkan aliran darah ke otak kembali lancar, sehingga dapat menyelamatkan sel-sel saraf
yang terganggu akibat stroke. Ingat STROKE, ingatlah untuk SeGeRa ke RS. Karena time is brain, setiap menit sangat berharga untuk menyelamatkan sel saraf akibat stroke.

HERMINA Hospitals Group mengembangkan layanan komprehensif didukung oleh perawatan spesialis. Dalam menjalankan fungsinya sebagai layanan kesehatan, Rumah Sakit Hermina menyediakan perawatan kesehatannya secara optimal kepada semua pasien.

“Code storke (layanan stroke terpadu) salah satu layanan yang tersedia di seluruh cabang Rumah Sakit Hermina khususnya pada pasien stroke. Layanan ini untuk memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang tepat, cepat, dan holistik untuk meminimalkan dampak jangka panjang dari stroke. Tim yang terkoordinasi dengan baik dan integrasi berbagai aspek perawatan sangat penting dalam mencapai hasil yang optimal bagi pasien stroke. Dan keberhasilan layanan kode stroke ini dibuktikan pada pasien stroke yang pernah menjalani perawatan di RS Hermina Kemayora,” pungkasnya.

Pewarta : (Red)