PROBOLINGGO, TALIGAMA.COM – Kesenian MBERROOT pimpinan cak Bulin Bromo, kembali digelar di lapangan Tambak Sari, desa Sapikerep, kecamatan Sukapura 08/03/24. Disupport oleh Suko sound sistem dan di banjiri ribuan penonton, pagelaran berjalan ramai dan sangat meriah.Mberroot atau bantengan adalah tarian yang melibatkan dua orang, dengan menggunakan sarung yang menyerupai banteng, Kesenian ini tergolong baru, hasil karya pengembangan seni dari kesenian tradisional kuda lumping. Dalam pagelaran nya kebanyakan sudah tidak menggunakan alat musik asli, melainkan menggunakan musik audio rekaman karaoke.Mberroot berasal dari bahasa Jawa, yang berati kerbau atau banteng yang mengamuk menyerang dengan membabi buta. Keunikan di kesenian ini adalah, penonton nya bisa ikut berjoget bareng, di iringi irama musik campursari mengikuti gerakan biduannya.Kesenian tradisional ini sangat ngetren saat ini di daerah sekitaran lereng gunung Bromo, penggemarnya pun dari beberapa lapisan warga masyarakat, mulai dari anak anak sampai kakek nenek. Bahkan penonton yang berusia lanjut pun, seperti nenek nenek dan kakek kakek juga ikut berjoget bersama.Mberroot cak Bulin Bromo terbentuk karena ada kesamaan rasa dalam kecintaan tradisi budaya dan sebagai wadah pecinta kesenian. Seperti yang di sampaikan oleh Cak Bulin Bromo, di temui di sela sela ketika memberi contoh gerakan tari kepada anggota nya.”Paguyuban kesenian berroot yang kita namai RADEN SURO MANGGOLO, terbentuk karena ada kesamaan rasa pada para anggota dalam kecintaan tradisi budaya leluhur. Tujuan nya untuk Menjadi wadah bertemunya para pencinta kesenian, dan menampung minat dan bakat anak anak muda yang mempunyai jiwa seni. Kita harus memelihara, menghidupkan, dan mengembangkan, agar budaya ini tidak hilang.” Tutur Bulin yang juga sebagai ketua paguyuban Jeep angkutan wisata Bromo.Sementara itu Bakri bendahara paguyuban Mberroot Raden Suro Manggolo menjelaskan bahwa, “Pagelaran kesenian Mberroot Raden Suro Manggolo biasa nya di gelar rutin setiap bulan, tepat nya pada hari Kamis Kliwon atau malam Jum’at Legi ( kalender Jawa). Tetapi berbeda dengan pagelaran hari ini, sengaja kita rubah karena dibulan ini akan ada hari suci umat Agama. Hal ini dilakukan sebagai bentuk menghormati kedua Umat agama yang beberapa hari kedepan akan melaksanakan ibadah puasa.” Jelas nya (Biro Ndre)